Ustadz Hasan Al-Jaizy: Kisah Zadzan al-Kindy


"Seandainya waktu yang Anda habiskan untuk omong kosong itu dipakai untuk mendalami ilmu alat dan ilmu maqashid, Anda sudah jadi pintar sekarang. Bahkan, jika waktu omong kosong itu dipakai untuk berdagang, Anda sudah kaya sekarang."



Omong kosong itu tidak mesti berupa kebohongan. Sudah kenal pengajian sejak lama, atau sudah seragam sikapnya dengan ulama dalam masa fitnah, tidak berarti menjadikan kebiasaan beromong kosong bukan termasuk pelanggaran dalam agama.

Di sini kami bawakan cerita taubatnya Zadzan al-Kindy. Beliau adalah seorang tabi'in. Dahulu, Zadzan suka bernyanyi. Suaranya bagus. Suatu kala, beliau berkumpul dengan beberapa temannya. Beliau sedang bernyanyi sambil mengetuk-ngetuk sesuatu. Lewatlah Abdullah bin Mas'ud. Sahabat yang mulia itu berkata, "Duhai Zadzan, seandainya suara bagus itu kamu gunakan untuk membaca al-Qur'an!"

Kontan Zadzan malu. Beliau langsung berhenti bernyanyi dan pergi sambil mengangkat bajunya menutupi muka saking malunya. Beliau pun taubat.

Zadzan dikenal tsiqah. Haditsnya diterima oleh sebagian ulama ahli hadits. Tetapi suatu kala Syu'bah bin al-Hajjaj bertanya kepada al-Hakam, "Kenapa engkau (wahai al-Hakam) tidak mau mengambil hadits dari Zadzan?"

Al-Hakam menjawab:

كان كثير الكلام

"Dia banyak bicara." [Mizan al-I'tidal, 2/63]

Lihatlah salah satu contoh kurang respeknya sebagian salaf terhadap orang yang masih memelihara kebiasaan banyak berbicara. Padahal, belum tentu yang dibicarakan Zadzan tidak bermanfaat. Kita tidak tahu. Tapi minimal, sebutan 'banyak bicara' saja sudah tidak enak dan menjatuhkan. Bagaimana dengan kita?

Media sosial ini bebas. Semua diberi kesempatan bicara. Maka jika tidak malu, berbicaralah sesuka hati. Termasuk banyak bicara: SERING berkomentar yang sama sekali tidak ada nilai manfaatnya dunia apalagi akhirat. Jika begitu tingkahnya, dan di depan banyak orang, maka sekalipun sudah kenal ngaji sejak 90an atau awal 2000an, tidak menjadikan tingkahnya ternilai bagus.

Jika seseorang semakin ke sini harusnya semakin malu, maka marilah jadi orang yang semakin ke sini semakin malu. Dan tidak sebaliknya. Ketahuilah, banyak kekacauan sekarang ini dimulai dari omongan yang kosong secara kolektif, tanpa berpikir.

Sejenak kita bisukan mulut dari bicara kemajuan umat, tapi pikirkan selama ini mulut kita keseringan asal maju dan jemari kita asal laju. Kemunduran umat jangan-jangan ada pada kita.

Sumber:  https://www.facebook.com/hasaneljaizy/posts/1318812894826759

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Betta Quran: Mulhaqot Mad Thabi'i - Mad Thabi'i Harfi