Ustadz Deden M. Makhyaruddin: Quranku Dan Indonesiaku
Rabat, Maroko, 2011.
"Assalamu'alaikum." Logat salamnya terdengar Melayu. Sangat khas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Afwan, siapa?" Kubalik bertanya.
"Saya. Tirmizi," jawabnya kesankan semangat yang tak biasa.
Dia teman Malaysia-ku. Pemenang pertama musabaqah Al-Qur'an kategori Irama. Kami diundang Raja Maroko ke kota Rabat untuk menerima penghargaan bidang Al-Qur'an disaksikan para menteri, para jenderal, ulama dan duta-duta negara sahabat pada acara Ihtifal Maulid. Raja menyalamiku, mengucapkan selamat, dan meminta didoakan. Ia tersenyum. Tampak bangga mengetahui pemenang penghargaan Internasional Raja Maroko bidang Al-Qur'an kategori Tahfizh 30 Juz dan Tafsirnya ternyata berasal dari negaranya Soekarno, Indonesia. Tapi, sayang, Indonesiaku tak mengetahuinya.
Tiba-tiba kudengar Tirmizi bercerita.
"Saya akan disambut Raja Malaysia di Istana Kuala Lumpur untuk diberikan penghargaan lagi." Ia melanjutkan ceritanya bersama terjemahanku. Kalimatnya spontan hentikan kenanganku. Batinku terusik. Teringat Indonesia-ku yang belum ada kabar. Telah kupersembahkan Juara Satu untuknya, tingkat dunia, tahfizh 30 juz, dan ditambah tafsir. Tapi apalah nilaiku baginya. Indonesiaku tengah dirundung masalah.
"Kamu adalah putra Indonesia pertama yang bisa juara 1 tingkat dunia di kategori ini. Tapi maafkan Indonesia jika tidak mengetahuinya." Masih terngiang kalimat Wakil Imam Besar Masjid Istiqlal yang mendampingiku saat pengumuman para pemenang di Masjid Hasan II, Casblanca.
Pujian, juga pengabaian, tak boleh lelehkan niatku. Kuberhenti berharap pada Indonesia-ku. Kukembalikan harapanku, seluruhnya, hanya ke penggenggam Indonesia. Allah. Semoga Indonesiaku sembuh dan terangkat derajatnya karenaku. Karena para penghafal Qur'an-nya. Kuyakin ikhlasku pada-Nya dalam menjaga Al-Qur'an lebih dibutuhkan oleh Indonesia dari pada kejuaraanku. Tiada gunanya juara kalau tak sebabkan bertambahnya takwa. Merdeka.
Sadeng, 16 Agustus 2016
#indonesia_murajaah
#pptaq_almustaqimiyyah
#15januari2017
Sumber: https://www.facebook.com/deden.m.makhyaruddin/posts/1235481016464318
"Assalamu'alaikum." Logat salamnya terdengar Melayu. Sangat khas.
"Wa'alaikumussalam warahmatullah. Afwan, siapa?" Kubalik bertanya.
"Saya. Tirmizi," jawabnya kesankan semangat yang tak biasa.
Dia teman Malaysia-ku. Pemenang pertama musabaqah Al-Qur'an kategori Irama. Kami diundang Raja Maroko ke kota Rabat untuk menerima penghargaan bidang Al-Qur'an disaksikan para menteri, para jenderal, ulama dan duta-duta negara sahabat pada acara Ihtifal Maulid. Raja menyalamiku, mengucapkan selamat, dan meminta didoakan. Ia tersenyum. Tampak bangga mengetahui pemenang penghargaan Internasional Raja Maroko bidang Al-Qur'an kategori Tahfizh 30 Juz dan Tafsirnya ternyata berasal dari negaranya Soekarno, Indonesia. Tapi, sayang, Indonesiaku tak mengetahuinya.
Tiba-tiba kudengar Tirmizi bercerita.
"Saya akan disambut Raja Malaysia di Istana Kuala Lumpur untuk diberikan penghargaan lagi." Ia melanjutkan ceritanya bersama terjemahanku. Kalimatnya spontan hentikan kenanganku. Batinku terusik. Teringat Indonesia-ku yang belum ada kabar. Telah kupersembahkan Juara Satu untuknya, tingkat dunia, tahfizh 30 juz, dan ditambah tafsir. Tapi apalah nilaiku baginya. Indonesiaku tengah dirundung masalah.
"Kamu adalah putra Indonesia pertama yang bisa juara 1 tingkat dunia di kategori ini. Tapi maafkan Indonesia jika tidak mengetahuinya." Masih terngiang kalimat Wakil Imam Besar Masjid Istiqlal yang mendampingiku saat pengumuman para pemenang di Masjid Hasan II, Casblanca.
Pujian, juga pengabaian, tak boleh lelehkan niatku. Kuberhenti berharap pada Indonesia-ku. Kukembalikan harapanku, seluruhnya, hanya ke penggenggam Indonesia. Allah. Semoga Indonesiaku sembuh dan terangkat derajatnya karenaku. Karena para penghafal Qur'an-nya. Kuyakin ikhlasku pada-Nya dalam menjaga Al-Qur'an lebih dibutuhkan oleh Indonesia dari pada kejuaraanku. Tiada gunanya juara kalau tak sebabkan bertambahnya takwa. Merdeka.
Sadeng, 16 Agustus 2016
#indonesia_murajaah
#pptaq_almustaqimiyyah
#15januari2017
Sumber: https://www.facebook.com/deden.m.makhyaruddin/posts/1235481016464318
Komentar
Posting Komentar