Catatan Tajwid: Al Quran Diturunkan Dengan 7 Huruf
Mungkin diantara kita sudah pernah mengetahui Al Quran diturunkan dengan 7 huruf. Sebenarnya apa maksud dari 7 huruf itu? Berikut ini Catatan Tajwid Hamilul Quran tentang 7 huruf berdasarkan tulisan Channel Telegram Tajwid Indonesia Channel:
Perlu diketahui bahwa kata harf/huruf memiliki sejumlah makna dan penggunaan. Pada asalnya, kata ini berarti tepian. Kemudian dipakai untuk menamai huruf-huruf hijaiyyah yang berjumlah 29.
Juga dipakai dalam ilmu nahwu sebagai jenis kata yang berfungsi sebagai pengait antar isim (kata benda) dan fi'l (kata kerja) atau antara keduanya. Juga bisa bermakna dialek/ logat/ bahasa, sebagaimana dalam hadits disebutkan,
Dari Ibnu 'Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Jibril membacakan Al Quran kepadaku dengan 1 huruf (dialek arab). Aku terus meminta tambahan kepadanya dan ia penuhi dengan menambahnya hingga (dibaca) dengan 7 huruf (dialek)."
(HR. Muttafaq 'Alaih)
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan makna 7 huruf pada hadits di atas. Dan yang masyhur dari pendapat-pendapat itu ada dua.
1. Pendapat Pertama
7 huruf maknanya tujuh logat/ dialek dari kabilah-kabilah bangsa arab yang fush-ha (yang masih fasih dan murni) seperti: Quraisy, Hudzail, Hawazin dan lainnya yang antar dialek tersebut ada sisi-sisi perbedaan.
Jika Al Quran diturunkan dengan satu dialek saja maka akan sulit diucapkan (terutama bagi para sahabat yang telah berusia lanjut) karena keragaman bangsa arab saat itu berikut bahasanya.
Karena hikmah itulah -Allahu a'lam- Nabi diperintahkan membacakan Al Quran dengan 7 huruf.
Dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama seperti : Abu 'Ubaid Al Qosim bin Sallam dan Ibnu 'Athiyyah (Abu Bakr bin 'Abdurrahman bin Ghalib Al Ghornathi, imam hafizh, pakar rijaul hadits, ahli tajwid. Hidup 441 - 518 H.)
-------------
2. Pendapat Kedua
7 huruf maknanya 7 jenis perbedaan bacaan. Dan makna inilah yang dipilih oleh Ibnu Qutaibah, Ibnul Jazari dan Ar Rozi. 7 jenis perbedaan bacaan yang dimaksud adalah seperti:
1. Perbedaan isim dari sisi jumlah (mufrod atau jamak) maupun jenisnya (mudzakkar atau muannats). Contoh:
"walladziina hum li amaanaatihim wa 'ahdihim roo'uun"
Sebagian qurro membaca "li amaanatihim" dengan bentuk mufrod.
2. Perbedaan tashrif fi'l (madhi, mudhori', atau amr). Contoh:
"robbanaa baa'id baina asfaarinaa"
Sebagian qurro membaca "baa'ada" dengan bentuk fi'l madhi.
3. Perbedaan i'rob. Contoh:
"dzul 'arsyil majiidu"
Sebagian qurro membaca "dzul 'arsyil majiidi" dengan mengkasroh huruf DAL.
4. Perbedaan berupa pengurangan atau penambahan lafazh. Contoh:
"wa washshoo bihaa ibroohiimu baniihi wa ya'quubu"
Sebagian qurro membaca "wa aushoo bihaa" dengan menambahkan HAMZAH dan menghilangkan tasydid pada SHOD.
5. Perbedaan berupa pengajuan atau pengunduran lafazh. Contoh:
"fa yaqtuluuna wa yuqtaluuna"
Sebagian membaca "fa yuqtaluuna wa yaqtuluuna".
6. Perbedaan berupa penggantian. Contoh:
"kaifa nungsyizuhaa tsumma naksuuhaa lahmaa"
Sebagian membaca "kaifa nungsyiruhaa" dengan huruf RO.
7. Perbedaan dalam logat seperti imalah, naql, tafkhim dan tarqiq, izh-har dan idghom. Contoh:
a. "hal ataaka hadiitsu muusaa"
Sebagian membaca "hal ateeka hadiitsu musee" dengan imalah, mengucapkan alif condong kepada YA dan mengucapkan fathah condong kepada kasroh.
b. Sebagian membaca LAM sukun pada "hal ataaka" dengan naql (menggugurkan hamzah dan memindahkan harokat hamzah pada huruf sebelumnya yang sukun), sehingga dibaca "hala taaka".
c. "wa tasiirul jibaalu sairoo"
Sebagian membaca RO yang didahului YA dengan tarqiq bukan tafkhim.
d. "faqod dholla dholaalam ba'iidaa"
Sebagian membaca DAL dengan diidghomkan kepada huruf DHOD.
---------
Sumber: Telegram Tajwid Indonesia Channel bit.ly/tajwidindonesia
Al Quran Diturunkan Dengan 7 Huruf (bag. 1)
Perlu diketahui bahwa kata harf/huruf memiliki sejumlah makna dan penggunaan. Pada asalnya, kata ini berarti tepian. Kemudian dipakai untuk menamai huruf-huruf hijaiyyah yang berjumlah 29.
Juga dipakai dalam ilmu nahwu sebagai jenis kata yang berfungsi sebagai pengait antar isim (kata benda) dan fi'l (kata kerja) atau antara keduanya. Juga bisa bermakna dialek/ logat/ bahasa, sebagaimana dalam hadits disebutkan,
Dari Ibnu 'Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Jibril membacakan Al Quran kepadaku dengan 1 huruf (dialek arab). Aku terus meminta tambahan kepadanya dan ia penuhi dengan menambahnya hingga (dibaca) dengan 7 huruf (dialek)."
(HR. Muttafaq 'Alaih)
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan makna 7 huruf pada hadits di atas. Dan yang masyhur dari pendapat-pendapat itu ada dua.
1. Pendapat Pertama
7 huruf maknanya tujuh logat/ dialek dari kabilah-kabilah bangsa arab yang fush-ha (yang masih fasih dan murni) seperti: Quraisy, Hudzail, Hawazin dan lainnya yang antar dialek tersebut ada sisi-sisi perbedaan.
Jika Al Quran diturunkan dengan satu dialek saja maka akan sulit diucapkan (terutama bagi para sahabat yang telah berusia lanjut) karena keragaman bangsa arab saat itu berikut bahasanya.
Karena hikmah itulah -Allahu a'lam- Nabi diperintahkan membacakan Al Quran dengan 7 huruf.
Dan ini adalah pendapat kebanyakan ulama seperti : Abu 'Ubaid Al Qosim bin Sallam dan Ibnu 'Athiyyah (Abu Bakr bin 'Abdurrahman bin Ghalib Al Ghornathi, imam hafizh, pakar rijaul hadits, ahli tajwid. Hidup 441 - 518 H.)
-------------
Al Quran Diturunkan Dengan 7 Huruf (bag. 2)
2. Pendapat Kedua
7 huruf maknanya 7 jenis perbedaan bacaan. Dan makna inilah yang dipilih oleh Ibnu Qutaibah, Ibnul Jazari dan Ar Rozi. 7 jenis perbedaan bacaan yang dimaksud adalah seperti:
1. Perbedaan isim dari sisi jumlah (mufrod atau jamak) maupun jenisnya (mudzakkar atau muannats). Contoh:
"walladziina hum li amaanaatihim wa 'ahdihim roo'uun"
Sebagian qurro membaca "li amaanatihim" dengan bentuk mufrod.
2. Perbedaan tashrif fi'l (madhi, mudhori', atau amr). Contoh:
"robbanaa baa'id baina asfaarinaa"
Sebagian qurro membaca "baa'ada" dengan bentuk fi'l madhi.
3. Perbedaan i'rob. Contoh:
"dzul 'arsyil majiidu"
Sebagian qurro membaca "dzul 'arsyil majiidi" dengan mengkasroh huruf DAL.
4. Perbedaan berupa pengurangan atau penambahan lafazh. Contoh:
"wa washshoo bihaa ibroohiimu baniihi wa ya'quubu"
Sebagian qurro membaca "wa aushoo bihaa" dengan menambahkan HAMZAH dan menghilangkan tasydid pada SHOD.
5. Perbedaan berupa pengajuan atau pengunduran lafazh. Contoh:
"fa yaqtuluuna wa yuqtaluuna"
Sebagian membaca "fa yuqtaluuna wa yaqtuluuna".
6. Perbedaan berupa penggantian. Contoh:
"kaifa nungsyizuhaa tsumma naksuuhaa lahmaa"
Sebagian membaca "kaifa nungsyiruhaa" dengan huruf RO.
7. Perbedaan dalam logat seperti imalah, naql, tafkhim dan tarqiq, izh-har dan idghom. Contoh:
a. "hal ataaka hadiitsu muusaa"
Sebagian membaca "hal ateeka hadiitsu musee" dengan imalah, mengucapkan alif condong kepada YA dan mengucapkan fathah condong kepada kasroh.
b. Sebagian membaca LAM sukun pada "hal ataaka" dengan naql (menggugurkan hamzah dan memindahkan harokat hamzah pada huruf sebelumnya yang sukun), sehingga dibaca "hala taaka".
c. "wa tasiirul jibaalu sairoo"
Sebagian membaca RO yang didahului YA dengan tarqiq bukan tafkhim.
d. "faqod dholla dholaalam ba'iidaa"
Sebagian membaca DAL dengan diidghomkan kepada huruf DHOD.
---------
Sumber: Telegram Tajwid Indonesia Channel bit.ly/tajwidindonesia
Komentar
Posting Komentar