Ustad Abu Qawwam: Guru Qur’an Yang Baik Adalah Pendengar Yang Hebat (Bagian 2)
Guru Al-Qur’an pada umumnya adalah orang yang tidak dikenal, karena tugas mengajarkan Al-Qur’an adalah tugas dalam sunyi. Bekerja dalam diam.
Tugas utama seorang Guru Al-Qur’an adalah menciptakan kondisi kelas di mana PARA MURID LEBIH BANYAK BERBICARA DIBANDINGKAN GURUNYA.
Dan itu hanya bisa diwujudkan jika, selain memiliki lisan yang fasih, ia juga memiliki telinga yang kuat dan hati yang sabar.
***
Uniknya, Guru Al-Qur’an yang baik itu (meskipun ketika mengajar ia lebih banyak mendengarkan dibanding berceramah) adalah guru yang dicintai murid-muridnya jika dia ikhlash.
Saya ingat betul ketika awal saya menjadi murid di kelas Tahsin Tilawah. Guru saya (rahimahullah) datang dari tempat yang jauh di malam hari dalam kondisi letih karena seharian mendengarkan bacaan Al-Qur’an muridnya di sana dan di sini. Ketika tiba di kelas saya, maka beliau akan duduk, mendengarkan saya membacakan Al-Qur’an, tersendat-sendat, suara yang tidak nyaman didengar, banyak salah, tapi beliau menyimak bacaan saya sampai 5 halaman.
Di pertemuan-pertemuan berikutnya malah kadang 10 halaman, bahkan lebih.
Terus terang saya merasa tidak enak dan kasihan pada beliau. Tapi beliau tetap bersemangat dan senang, “Kalau Riki banyak baca, insya Allah akan cepat lancar dan mudah dalam menghafalnya kelak.”
Dalam waktu kurang lebih sebulan pertama, saya membaca Al-Qur’an (sambil melihat mush-haf tentunya) hampir tigapuluh juz disimak dan dibimbing oleh beliau. Dan selama bertahun-tahun ke depannya terus seperti itu.
Bayangkanlah anda memiliki seorang guru yang keilmuannya jauh di atas anda, tapi yang beliau lakukan selama bertahun-tahun adalah mendengarkan anda berbicara. Meluruskannya ketika salah, menerimanya ketika benar.
Adakah alasan bagi anda untuk tidak mencintai beliau?
Saya sungguh iri pada beliau dan seluruh guru Al-Qur’an yang bisa sangat tangguh dalam menyimak bacaan murid2nya. Semoga Allah jadikan kita bersama mereka semua...
***
Buat teman-teman yang baru berencana ingin bergabung dengan kelas Tahsin dan kelas Tahfizh Al-Qur’an, saya sampaikan dari sekarang:
"Jangan kaget kalau ternyata kebanyakan guru-guru Al-Qur’an itu adalah anak-anak kemarin sore. Bahkan banyak yang tidak mengerti arti ayat yang mereka baca. Apalagi urusan hukum-hukum Syari'ah. Mungkin saja jauh lebih paham muridnya daripada gurunya."
Kalau Anda bertanya, "Bagaimana bisa?"
Tentu saja bisa. Selama yang mereka ajarkan adalah cara membaca Al-Qur’an, bukan perbedaan tafsir para Ulama terhadap ayat tersebut. Untuk urusan membaca dan hafalan sih, seringnya makin muda makin lancar makin fashih (hehehe). Jadi jangan khawatir.
Dan jangan lupa, Anda ke kelas Tahsin-Tahfizh bukan untuk meminta fatwa halal-haram atau memilih yang rojih dari ikhtilaf Ulama. Itu bisa Anda dapatkan di majlis-majlisnya Asatidz dan Ulama yang sudah sangat banyak di negeri ini.
Yang anda butuhkan di kelas Al-Qur’an adalah orang yang mau mendengarkan Anda, separah apapun bacaan Al-Qur’an Anda. Bahkan jika Anda belum mengenal satu huruf pun dari huruf hijaiyyah kecuali alif. Insya Allah, guru Al-Qur’an yang baik adalah seorang pendengar yang hebat.
Apalagi jika beliau-beliau adalah orang yang berilmu.
Di mana lagi tempatnya kita bisa “memaksa” seseorang yang berilmu mau mendengarkan kita selama berjam-jam tanpa dipotong dan disela jika bukan di kelas menghafal Al-Qur’an?
***
Wabilkhusus buat kawan-kawanku para "veteran" program Tahsin-Tahfizh...
Ayo pulanglah ke "rumah"!
Jangan pernah malu berbuat baik!
Guru-gurumu menunggumu..
Lanjutkan pelajaran yang tertunda!
Mau di lembaga ini, di rumah quran di sana, mau di pesantren, di mushola kantor, masjid dekat rumah, atau di manapun... Semuanya insya Allah baik. Selama yang dipelajari adalah Al-Qur’an.
Karena, guru Al-Qur’an yang baik adalah Pendengar yang Hebat....
Tulisan Abu Qawwam: https://www.facebook.com/abuqawwam/posts/10207796209596966
Tugas utama seorang Guru Al-Qur’an adalah menciptakan kondisi kelas di mana PARA MURID LEBIH BANYAK BERBICARA DIBANDINGKAN GURUNYA.
Dan itu hanya bisa diwujudkan jika, selain memiliki lisan yang fasih, ia juga memiliki telinga yang kuat dan hati yang sabar.
***
Uniknya, Guru Al-Qur’an yang baik itu (meskipun ketika mengajar ia lebih banyak mendengarkan dibanding berceramah) adalah guru yang dicintai murid-muridnya jika dia ikhlash.
Saya ingat betul ketika awal saya menjadi murid di kelas Tahsin Tilawah. Guru saya (rahimahullah) datang dari tempat yang jauh di malam hari dalam kondisi letih karena seharian mendengarkan bacaan Al-Qur’an muridnya di sana dan di sini. Ketika tiba di kelas saya, maka beliau akan duduk, mendengarkan saya membacakan Al-Qur’an, tersendat-sendat, suara yang tidak nyaman didengar, banyak salah, tapi beliau menyimak bacaan saya sampai 5 halaman.
Di pertemuan-pertemuan berikutnya malah kadang 10 halaman, bahkan lebih.
Terus terang saya merasa tidak enak dan kasihan pada beliau. Tapi beliau tetap bersemangat dan senang, “Kalau Riki banyak baca, insya Allah akan cepat lancar dan mudah dalam menghafalnya kelak.”
Dalam waktu kurang lebih sebulan pertama, saya membaca Al-Qur’an (sambil melihat mush-haf tentunya) hampir tigapuluh juz disimak dan dibimbing oleh beliau. Dan selama bertahun-tahun ke depannya terus seperti itu.
Bayangkanlah anda memiliki seorang guru yang keilmuannya jauh di atas anda, tapi yang beliau lakukan selama bertahun-tahun adalah mendengarkan anda berbicara. Meluruskannya ketika salah, menerimanya ketika benar.
Adakah alasan bagi anda untuk tidak mencintai beliau?
Saya sungguh iri pada beliau dan seluruh guru Al-Qur’an yang bisa sangat tangguh dalam menyimak bacaan murid2nya. Semoga Allah jadikan kita bersama mereka semua...
***
Buat teman-teman yang baru berencana ingin bergabung dengan kelas Tahsin dan kelas Tahfizh Al-Qur’an, saya sampaikan dari sekarang:
"Jangan kaget kalau ternyata kebanyakan guru-guru Al-Qur’an itu adalah anak-anak kemarin sore. Bahkan banyak yang tidak mengerti arti ayat yang mereka baca. Apalagi urusan hukum-hukum Syari'ah. Mungkin saja jauh lebih paham muridnya daripada gurunya."
Kalau Anda bertanya, "Bagaimana bisa?"
Tentu saja bisa. Selama yang mereka ajarkan adalah cara membaca Al-Qur’an, bukan perbedaan tafsir para Ulama terhadap ayat tersebut. Untuk urusan membaca dan hafalan sih, seringnya makin muda makin lancar makin fashih (hehehe). Jadi jangan khawatir.
Dan jangan lupa, Anda ke kelas Tahsin-Tahfizh bukan untuk meminta fatwa halal-haram atau memilih yang rojih dari ikhtilaf Ulama. Itu bisa Anda dapatkan di majlis-majlisnya Asatidz dan Ulama yang sudah sangat banyak di negeri ini.
Yang anda butuhkan di kelas Al-Qur’an adalah orang yang mau mendengarkan Anda, separah apapun bacaan Al-Qur’an Anda. Bahkan jika Anda belum mengenal satu huruf pun dari huruf hijaiyyah kecuali alif. Insya Allah, guru Al-Qur’an yang baik adalah seorang pendengar yang hebat.
Apalagi jika beliau-beliau adalah orang yang berilmu.
Di mana lagi tempatnya kita bisa “memaksa” seseorang yang berilmu mau mendengarkan kita selama berjam-jam tanpa dipotong dan disela jika bukan di kelas menghafal Al-Qur’an?
***
Wabilkhusus buat kawan-kawanku para "veteran" program Tahsin-Tahfizh...
Ayo pulanglah ke "rumah"!
Jangan pernah malu berbuat baik!
Guru-gurumu menunggumu..
Lanjutkan pelajaran yang tertunda!
Mau di lembaga ini, di rumah quran di sana, mau di pesantren, di mushola kantor, masjid dekat rumah, atau di manapun... Semuanya insya Allah baik. Selama yang dipelajari adalah Al-Qur’an.
Karena, guru Al-Qur’an yang baik adalah Pendengar yang Hebat....
Tulisan Abu Qawwam: https://www.facebook.com/abuqawwam/posts/10207796209596966
Komentar
Posting Komentar