Ustadz Mochamad Ihsan Ufiq: Pelengkap Saktah Dalam Al Qur'an
Saya menjumpai banyak sekali tulisan tentang saktah yang diriwayatkan imam Hafs 'an Ashim jalur As Syatibiyyah. Namun, selain ingin sedikit mengupas kembali, saya punya tawaran beberapa keterangan pelengkap supaya bacaan saktah kita benar-benar dipastikan sempurna dan benar.
Langsung saja, sebagai bentuk tabarrukan dari pemilik jalur yaitu imam Syatiby rahimahullah, perlu kiranya saya cantumkan keterangan saktah imam Hafs pada bait Syatibiyyah:
وسكتة حفص دون قطع لطيفة على ألف التنوين فى عوجا بلا
وفى نون من راق ومرقدنا ولام بل ران والباقون لا سكت موصلا
Bait syair yang dapat kita jumpai di awal surat Al Kahfi matan As Syatibiyyah di atas menjelaskan:
1. Saktah (yang diriwayatkan Imam Hafs 'An Ashim) adalah berhenti sejenak dengan niatan menyambung bacaan. Bukan berhenti lalu selesai memutus bacaan. Definisi saktah milik beliau rahimahullah sama dengan definisi saktah milik imam-imam qiraat lainnya. Bedanya hanya terletak pada tempatnya saja di dalam Al Qur'an.
2. Saktah Imam Hafs terletak pada 4 tempat di dalam Al Qur'an. Berikut perinciannya:
# QS. Al Kahfi 1 : وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ (١) قَيِّمٗا
Letak persisnya yaitu pada huruf ا pada kata عوجا. Kekurangan yang sering dijumpai adalah terlalu menahan suara saktah pada alif sehingga muncul suara hamzah e' pada alif, demikian: عِوَجَاءْ. Penyebabnya karena saktah identik dengan menahan, sehingga rawan keluar suara e'. Solusinya biarkan saja suara جَا mengalir apa adanya selama 2 harakat dan pastikan tidak terdengar suara e' ketika berhenti sejenak.
Di samping kita diperbolehkan membaca saktah pada kata ini, kita juga dibolehkan membaca waqaf seperti biasa, lalu melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya. Pembolehan di sini karena kata عوجا terletak pada akhir kepala ayat yang dimana menurut para ulama tajwid hukumnya sunnah berhenti pada kepala ayat (bulat bernomor).
Tidak dibolehkan menyambung kata عوجا dengan awal ayat berikutnya. Alasannya supaya tidak menimbulkan makna yang rancu dan rusak. Demikian penjelasannya:
- Kata عوجا disambung dengan قيما , artinya: Allah Swt tidak menjadikan sebuah penyimpangan YANG LURUS di dalam Al Qur'an.
Pertanyaannya: memang ada penyimpangan yang lurus?
- Berhenti atau saktah pada kata عوجا dan dilanjut mulai pada kata قيما, artinya: Allah Swt tidak menjadikan sebuah penyimpangan di dalam Al Quran. (Akan tetapi menjadikan di dalamnya) sebuah bimbingan yang lurus.
# QS. Al Qiyamah 27 : وَقِيلَ مَنۡۜ رَاقٖ
Letak persisnya terdapat pada huruf ن pada kata من. Kekurangan yang sering terjadi yaitu melalaikan sifat tawassuth (suara yang mengalir setengah) pada huruf ن. Sehingga terdengar cukup mengagetkan dan mendadak. Penyebabnya sama, karena saktah identik dengan suara yang tertahan sehingga hilang 100% suara ghunnah + tawassuth pada huruf ن. Solusinya biarkan suara ن mengalir sedikit saja, seperti memberi imbuhan 'enn' tanpa memanjangkannya.
Tidak boleh berhenti pada kata من, lalu melanjutkan kembali pada kata راق setelahnya, karena akan menimbulkan kerancuan makna.
Penjelasannya:
- Berhenti pada من lalu melanjutkan pada راق, artinya: "Dikatakan: Siapa? (Dijawab): (Oh) Orang yang bisa menyembuhkan itu ya?".
- Membaca saktah pada من. artinya: "Dikatakan: Siapakah yang dapat menyembuhkan?".
Riwayat saktah di sini memiliki hikmah supaya maknanya terang dan jelas. Jika kita tidak membaca saktah, maka akan timbul hukum baru yaitu idghom bilaghunnah, karena pertemuan نْ + ر pada 2 kata : من راق. Sehingga suaranya akan menjadi: مَرَّاقٍ maknanya menjadi: perfeksionis top.
# QS. Yasin 52 : مِن مَّرۡقَدِنَاۜۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحۡمَٰنُ
Letak persisnya terdapat pada huruf ا pada kata مرقدنا. Penjelasan kekurangan yang biasanya terjadi sama seperti penjelasan pada QS. Al Kahfi 1, silahkan dibaca lagi di atas.
Begitu juga, di samping kita boleh membaca saktah, kita juga boleh berhenti pada kata tersebut dan melanjutkan pada kata setelahnya. Alasannya kata مرقدنا adalah kata terakhir dari pertanyaan yang diucapkan oleh orang-orang kafir ketika hari dibangkitkan dari kubur. Adapun kata setelahnya: هذا dan seterusnya adalah jawaban Allah Swt atas pertanyaan tersebut, sehingga jika disambung, seakan jawaban Allah Swt akan campur-aduk atau dianggap bagian dari pertanyaan orang kafir.
# QS. Al Muthoffifin 14 : كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم
Letak persisnya terdapat pada huruf ل pada kata بل. Adapun penjelasan kekurangan yang sering didapati sama dengan penjelasan kekurangan pada QS. Al Qiyamah 27. Silahkan kembali dibaca.
Alasan kenapa tidak boleh menyambung kata بل dengan ران supaya tidak terjadi hukum idghom. Sehingga menjadi sebuah kata yang memiliki makna lain yaitu: بَرَّانَ.
3. Saktah Imam Hafs (bahkan seluruh imam qiraat) juga terdapat ketika menyabung akhiran QS. Al Anfal dengan Awal QS. At Taubah: إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ (٧٥) بَرَآءَةٞ
Tidak hanya saktah, namun terdapat 2 cara lagi yang dibolehkan:
- Berhenti dengan bernafas seperti biasa pada akhir Al Anfal lalu memulai awal At Taubah tanpa basmalah
- Menyambung akhir Al Anfal dengan awal At Taubah tanpa basmalah dengan konsekwensi bacaan Iqlab
Untuk mengetahui cara pengucapan saktah sebagai dijelaskan di atas bisa menyaksikan video program Iqro' Wa Rottil Wartaqi_ kami yang baru pada link berikut ini:
Semoga ada sedikit (sekali) manfaat yang didapat. Mohon koreksi dan tashih dari para ulama tajwed FB.
Salam persaudaraan & persahabatan
Mochamad Ihsan Ufiq
Doha, 3 Juni 2016
Langsung saja, sebagai bentuk tabarrukan dari pemilik jalur yaitu imam Syatiby rahimahullah, perlu kiranya saya cantumkan keterangan saktah imam Hafs pada bait Syatibiyyah:
وسكتة حفص دون قطع لطيفة على ألف التنوين فى عوجا بلا
وفى نون من راق ومرقدنا ولام بل ران والباقون لا سكت موصلا
Bait syair yang dapat kita jumpai di awal surat Al Kahfi matan As Syatibiyyah di atas menjelaskan:
1. Saktah (yang diriwayatkan Imam Hafs 'An Ashim) adalah berhenti sejenak dengan niatan menyambung bacaan. Bukan berhenti lalu selesai memutus bacaan. Definisi saktah milik beliau rahimahullah sama dengan definisi saktah milik imam-imam qiraat lainnya. Bedanya hanya terletak pada tempatnya saja di dalam Al Qur'an.
2. Saktah Imam Hafs terletak pada 4 tempat di dalam Al Qur'an. Berikut perinciannya:
# QS. Al Kahfi 1 : وَلَمۡ يَجۡعَل لَّهُۥ عِوَجَاۜ (١) قَيِّمٗا
Letak persisnya yaitu pada huruf ا pada kata عوجا. Kekurangan yang sering dijumpai adalah terlalu menahan suara saktah pada alif sehingga muncul suara hamzah e' pada alif, demikian: عِوَجَاءْ. Penyebabnya karena saktah identik dengan menahan, sehingga rawan keluar suara e'. Solusinya biarkan saja suara جَا mengalir apa adanya selama 2 harakat dan pastikan tidak terdengar suara e' ketika berhenti sejenak.
Di samping kita diperbolehkan membaca saktah pada kata ini, kita juga dibolehkan membaca waqaf seperti biasa, lalu melanjutkan bacaan pada ayat berikutnya. Pembolehan di sini karena kata عوجا terletak pada akhir kepala ayat yang dimana menurut para ulama tajwid hukumnya sunnah berhenti pada kepala ayat (bulat bernomor).
Tidak dibolehkan menyambung kata عوجا dengan awal ayat berikutnya. Alasannya supaya tidak menimbulkan makna yang rancu dan rusak. Demikian penjelasannya:
- Kata عوجا disambung dengan قيما , artinya: Allah Swt tidak menjadikan sebuah penyimpangan YANG LURUS di dalam Al Qur'an.
Pertanyaannya: memang ada penyimpangan yang lurus?
- Berhenti atau saktah pada kata عوجا dan dilanjut mulai pada kata قيما, artinya: Allah Swt tidak menjadikan sebuah penyimpangan di dalam Al Quran. (Akan tetapi menjadikan di dalamnya) sebuah bimbingan yang lurus.
# QS. Al Qiyamah 27 : وَقِيلَ مَنۡۜ رَاقٖ
Letak persisnya terdapat pada huruf ن pada kata من. Kekurangan yang sering terjadi yaitu melalaikan sifat tawassuth (suara yang mengalir setengah) pada huruf ن. Sehingga terdengar cukup mengagetkan dan mendadak. Penyebabnya sama, karena saktah identik dengan suara yang tertahan sehingga hilang 100% suara ghunnah + tawassuth pada huruf ن. Solusinya biarkan suara ن mengalir sedikit saja, seperti memberi imbuhan 'enn' tanpa memanjangkannya.
Tidak boleh berhenti pada kata من, lalu melanjutkan kembali pada kata راق setelahnya, karena akan menimbulkan kerancuan makna.
Penjelasannya:
- Berhenti pada من lalu melanjutkan pada راق, artinya: "Dikatakan: Siapa? (Dijawab): (Oh) Orang yang bisa menyembuhkan itu ya?".
- Membaca saktah pada من. artinya: "Dikatakan: Siapakah yang dapat menyembuhkan?".
Riwayat saktah di sini memiliki hikmah supaya maknanya terang dan jelas. Jika kita tidak membaca saktah, maka akan timbul hukum baru yaitu idghom bilaghunnah, karena pertemuan نْ + ر pada 2 kata : من راق. Sehingga suaranya akan menjadi: مَرَّاقٍ maknanya menjadi: perfeksionis top.
# QS. Yasin 52 : مِن مَّرۡقَدِنَاۜۗ هَٰذَا مَا وَعَدَ ٱلرَّحۡمَٰنُ
Letak persisnya terdapat pada huruf ا pada kata مرقدنا. Penjelasan kekurangan yang biasanya terjadi sama seperti penjelasan pada QS. Al Kahfi 1, silahkan dibaca lagi di atas.
Begitu juga, di samping kita boleh membaca saktah, kita juga boleh berhenti pada kata tersebut dan melanjutkan pada kata setelahnya. Alasannya kata مرقدنا adalah kata terakhir dari pertanyaan yang diucapkan oleh orang-orang kafir ketika hari dibangkitkan dari kubur. Adapun kata setelahnya: هذا dan seterusnya adalah jawaban Allah Swt atas pertanyaan tersebut, sehingga jika disambung, seakan jawaban Allah Swt akan campur-aduk atau dianggap bagian dari pertanyaan orang kafir.
# QS. Al Muthoffifin 14 : كَلَّاۖ بَلۡۜ رَانَ عَلَىٰ قُلُوبِهِم
Letak persisnya terdapat pada huruf ل pada kata بل. Adapun penjelasan kekurangan yang sering didapati sama dengan penjelasan kekurangan pada QS. Al Qiyamah 27. Silahkan kembali dibaca.
Alasan kenapa tidak boleh menyambung kata بل dengan ران supaya tidak terjadi hukum idghom. Sehingga menjadi sebuah kata yang memiliki makna lain yaitu: بَرَّانَ.
3. Saktah Imam Hafs (bahkan seluruh imam qiraat) juga terdapat ketika menyabung akhiran QS. Al Anfal dengan Awal QS. At Taubah: إِنَّ ٱللَّهَ بِكُلِّ شَيۡءٍ عَلِيمُۢ (٧٥) بَرَآءَةٞ
Tidak hanya saktah, namun terdapat 2 cara lagi yang dibolehkan:
- Berhenti dengan bernafas seperti biasa pada akhir Al Anfal lalu memulai awal At Taubah tanpa basmalah
- Menyambung akhir Al Anfal dengan awal At Taubah tanpa basmalah dengan konsekwensi bacaan Iqlab
Untuk mengetahui cara pengucapan saktah sebagai dijelaskan di atas bisa menyaksikan video program Iqro' Wa Rottil Wartaqi_ kami yang baru pada link berikut ini:
Semoga ada sedikit (sekali) manfaat yang didapat. Mohon koreksi dan tashih dari para ulama tajwed FB.
Salam persaudaraan & persahabatan
Mochamad Ihsan Ufiq
Doha, 3 Juni 2016
Komentar
Posting Komentar